Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan, Pasar Keuangan Bereaksi

Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan, Pasar Keuangan Bereaksi
Ekonomi — Bank Indonesia (BI) kembali mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar hari ini.

Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan inflasi global serta untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri di tengah ketidakpastian pasar dunia.

Kenaikan suku bunga acuan ini dipandang sebagai langkah preventif guna menahan laju inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan di pasar internasional.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat dan mencegah inflasi yang lebih tinggi.

“Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik yang penuh tantangan. Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Perry Warjiyo.

Reaksi Pasar Keuangan

Keputusan ini segera direspons oleh pasar keuangan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,8% pada perdagangan hari ini, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi perlambatan ekonomi. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menguat tipis, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kebijakan moneter yang diambil BI.

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, menilai bahwa kenaikan suku bunga ini memang sudah diprediksi sebelumnya oleh pasar.

Namun, ia memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jika tidak dibarengi dengan kebijakan fiskal yang mendukung.

“Kenaikan suku bunga ini bisa membuat biaya kredit menjadi lebih mahal, yang pada akhirnya akan menekan daya beli masyarakat dan investasi. Oleh karena itu, perlu ada sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Bhima.

Dampak Terhadap Sektor Riil

Kenaikan suku bunga ini diperkirakan akan berdampak pada sektor riil, khususnya properti dan otomotif, yang sangat bergantung pada pembiayaan kredit. Pelaku usaha di sektor ini mengkhawatirkan bahwa kenaikan suku bunga akan mengurangi minat konsumen untuk mengambil kredit, yang dapat berimbas pada penurunan penjualan.

Di sisi lain, sektor perbankan diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga ini, karena margin bunga bersih (NIM) yang lebih tinggi. Namun, bank-bank juga perlu berhati-hati dalam menyalurkan kredit, mengingat risiko kredit macet yang meningkat dalam situasi ekonomi yang tidak menentu.

Ekspektasi ke Depan

Bank Indonesia diperkirakan akan terus memantau perkembangan inflasi dan kondisi ekonomi global sebelum mengambil langkah-langkah kebijakan berikutnya. Analis pasar memperkirakan bahwa BI masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi terus meningkat.

“Kami akan terus berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi menjaga stabilitas ekonomi. Kami juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya untuk memastikan kebijakan yang kami ambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tambah Perry Warjiyo.

Dengan kenaikan suku bunga ini, Bank Indonesia berharap dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian global.***

Fauzi

Content Writer, Copywriter, Journalist

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama